Tahapan Penerapan Standar IFRS di Indonesia
Di Indonesia saat ini sedang dalam tahapan
pengkonvergensian dalam menggunakan standar akuntansi dari PSAK ke tahap IFRS.
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) adalah standard an beserta
interprestasinya yang diumumkan oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional
(IASB). IFRS merupakan suatu standar maupun pedoman laporan keuangan secara
internasional dan juga Interprestasi diciptakan oleh Komite Interprestasi
Pelaporan Keuangan Internasional.
Dengan mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang
dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan
keuangan berdasarkan IFRS. Adopsi penuh IFRS diharapkan memberikan manfaat :
1. memudahkan
pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK yang dikenal secara
internasional
2.
meningkatkan arus investasi global
3. menurunkan biaya modal melalui pasar modal global
dan menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan
Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada
dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy
mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu.
Strategi ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada gradual
strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh
negara – negara berkembang seperti Indonesia
Terdapat tiga tahapan dalam melakukan konvergensi
IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Tahap Adopsi
(2008-2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK, persiapan
infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAk yang berlaku.
2. Tahap Persiapan
Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan
infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap
beberapa PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap
Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK-IFRS secara
bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara
komprehensif.
Tahap adopsi dilakukan pada periode 2008-2011
meliputi aktivitas adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur,
evaluasi terhadap PSAK yang berlaku. Pada 2009 proses adopsi IFRS/ IAS mencakup
:
1. IFRS 2 Share-based payment
2. IFRS 3 Business combination
3. IFRS 4 Insurance contracts
4. IFRS 5 Non-current assets held for sale and
discontinued operations
5. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral
resources
6. IFRS 7 Financial instruments: disclosures
7. IFRS 8 Segment reporting
8. IAS 1 Presentation of financial statements
9. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting
estimates
10. IAS 12 Income taxes
11. IAS 21 The effects of changes in foreign
exchange rates
12. IAS 26 Accounting and reporting by retirement
benefit plans
13. IAS 27 Consolidated and separate financial
statements
14. IAS 28 Investments in associates
15. IAS 31 Interests in joint ventures
16. IAS 36 Impairment of assets
17. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and
contingent assets
18. IAS 38 Intangible assets
Pada 2010 adopsi IFRS/ IAS mencakup :
1. IFRS 7 Statement of Cash Flows
2. IFRS20 Accounting for Government Grants and
Disclosure of Government Assistance
3. IFRS24
Related Party Disclosures
4. IFRS29 Financial Reporting in Hyperinflationary
Economies
5. IFRS33 Earnings per Share
6. IFRS34 Interim Financial Reporting
7. IFRS41
Agriculture
Sedangkan arah pengembangan konvergensi IFRS
meliputi :
1. PSAK yang sama dengan IFRS akan direvisi, atau
akan diterbitkan PSAK yang baru
2. PSAK yang tidak diatur dalam IFRS, maka akan
dikembangkan
3. PSAK industri khusus akan dihapuskan
4. PSAK turunan dari UU tetap dipertahankan
Konvergensi IFRS kedalam PSAK memiliki implikasi
yang besar bagi dunia usaha, terutama pada sisi pengambilan kebijakan
perusahaan yang didasarkan kepada data-data akuntansi. Tidak hanyak berdampak
pada masalah akuntansi, program konvergensi IFRS pastinya akan
menimbulkan dampak untuk berbagai elemen pemerintahan seperti perpajakan,
keuangan, bisnis dan lainnya. Seperti halnya dampak konvergensi IFRS
terhadap bisnis antara lain:
1. Akses
ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan
lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
2. Relevansi
keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar.
3. Kinerja
keuangan (laporan laba/rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif.
4. Smoothing income menjadi
semakin sulit dengan penggunaan balance sheet approach dan fair value.
5. Principle-based standards mungkin
menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit menurun yakni bila
penggunaan profesional judgement ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur
laba.
6. Penggunaan
off balance sheet semakin terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar